Monday 3 August 2015

Yogyakarta

Ada hitam manis Jawa dan putih totok bule
yang hitam manis Pribumi kakinya ramping-ramping
langkah khas putri santun dan degap pekerja
yang putih pucat turis Australia naik caktor
pikirnya penuh cerita buat cucu di Canberra.
………….

Ada pria-pria keraton dengan senyum ala Hamengku
berkeris, berblankon dan bersandang batik ungu
wangi aroma kayu ukiran disepuh napas priyayi
nang ning nong gamelan dan lengking sinden nyanyi
semua halus berdenyut dalam nadi darah biru.
…………..

Ada nyiur tepi Selatan dan ombak berpilin
pasir pantai basah dan kejar-kejaran angin
Merapi, si nenek tua, di Kaliurang yang tandus
mengunyah sirih di mulutnya, hingga merah padam
liurnya panas, bisik ranting-ranting hangus.
……………..

Ada lagu pria jalanan dan sedap warung lesehan
gudeg Malioboro dan suam-suam ayam kalasan
orang-orang menghimpit sepi di sela-sela geligi canda
menyisakan belulang duka di atas piring-piring
semua berlomba untuk menidurkan sang Waktu.
…………..

Ada cinta dengan rengkuhan yang mencengkeram erat
melucuti wewangi tubuhku seraga
begitu dingin dan terasing lidah rindunya
menyeruak jiwanya dalam dupa asmara.
Ada separuh diriku separuh dirimu
jadi debu di Yogya…


Palembang.
2001

No comments:

Post a Comment